Sep
28
2020
--

Melihat peringkat publikasi Indonesia di DOAJ dan Scimago.

Oleh: Maryono

Semenjak diberlakukannya berbagai regulasi di bidang publikasi riset, telah terjadi banyak perubahan peningkatan kinerja dan produktivitas publikasi dosen maupun peneliti Indonesia.  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2014, yang mewajibkan akademisi yang telah menduduki jabatan lektor kepala untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional, serta guru besar dan profesor di jurnal internasional bereputasi.  Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 9 Tahun 2015, yang mewajibkan peneliti yang mencapai jenjang profesor riset untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi.  Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152/E/T/2013 Tanggal 27 Januari 2012 yang mewajibkan mahasiswa doktoral mempublikasikan karya ilimiah di jurnal internasional.  Berbagai regulasi tersebut (Maryono dan Surajiman, 2017), berhasil mendorong kinerja publikasi yang dapat dilihat, baik di DOAJ untuk jurnal open akses maupun di Scimago. Untuk dapat melihat peringkat tersebut diperlukan beberapa langkah yang sangat mudah. Berikut tahap-tahapnya:

DOAJ

https://doaj.org/

Pilih Advanced Search

Advanced Search

Pilih journals

Menu Country of Publisher

Pilih Country of Publisher

Angka 10 diganti 200

Muncul data peringkat negara

Peringkat negara
Grafik peringkat negara asal penerbit jurnal open akses

Sedangkan peringkat publikasi jurnal dan negara di Scimago, yang berdasarkan data dari Scopus dapat dilihat sebagai berikut:

https://www.scimagojr.com/

Pilih Country Rankings

Pilih data tahun 2019

Data tersebut menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 21, di atas Malaysia (23) dan Singapura (37), Thailand (40), Vietnam (49), serta Philippine (63).
Peringkat Negara berdasarkan jumlah publikasi (dokumen) tahun 2019

Daftar pustaka

https://www.scimagojr.com/, 28 September 2020 10.52 am

https://doaj.org/, 28 September 2020 9.40 am

Maryono Dan Surajiman. 2017. Kolaborasi Internal, Domestik dan Internasional serta Korelasinya dengan Sitasi yang Diperoleh: Analisis Publikasi UGM di Scopus. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 13 No. 2, Desember 2017. DOI: http:// 10.22146/bip.27492.

Written by masyono in: database online,jurnal | Tags:
Sep
22
2020
--

Rumphius, ilmuwan buta perintis botani tropis dan sejarah Ambon.

Oleh: Maryono

Rumphius adalah ilmuwan keturunan Jerman yang banyak meneliti flora fauna, botani, zoologi, tanaman obat dan sejarah Ambon.  Menurut Veldkamp (2011), Georgius Everhardus Rumphius lahir di Wolfersheim, Hessen, Jerman pada akhir tahun 1627. Dia bergabung dengan VOC sebagai tentara dan meninggalkan Belanda pada 1652.  Latief et.al. (2016) menyebutkan bahwa Rumphius berhasil mendarat di Batavia pada bulan Juni 1653, dan berangkat ke Ambon pada November 1653, dan kemudian tidak pernah pergi meninggalkan Ambon.  

Menjadi tentara ternyata tidak memuaskan Rumphius, sehingga pada tahun 1657 kemudian mengajukan alih tugas sipil sebagai staf perdagangan. Saat itulah Rumphius memulai melakukan studi flora dan fauna kawasan Ambon secara sistematis, mulai menulis dan terus menulis serta membuat ilustrasi. Rumphius berdiam di Hitu, bersama keluarganya.

Pada bulan April tahun 1670, pada usia 42, glaukoma menyerang matanya sehingga mengalami kebutaan, musibah sangat besar bagi seorang ilmuwan alam. Dengan bantuan anak laki-laki dan pembantunya, Rumphius tetap melanjutkan pekerjaannya.  Rumphius berhasil menyelesaikan tiga karya besar: Amboinsch Kruidboek, Amboinsch Rariteitkamer, dan Amboinsch Dierboek.  Bagi Rumphius, tragedi terbesar terjadi pada tahun 1674 yaitu gempa dan tsunami yang melanda Ambon dan sekitarnya, menewaskan isteri dan anak perempuannya. Pada tahun 1687 tragedi lain juga terjadi yaitu kebakaran besar di Ambon, buku koleksi, manuskrip dan gambar-gambar yang di buat Rumphius sebelum tahun 1670 turut terbakar. Untungnya sebagian buku utama bisa diselamatkan. Tragedi masih berlanjut, pada 1695 sebagian manuskrip dan ilustrasinya hilang dicuri dari kantornya. Rumphius wafat pada 1702. Karya-karya Rumphius yang hilang ataupun terbakar, pada akhirnya berhasil ditulis ulang dan diselamatkan. Pada tahun 1679 – 1680 Gubernur Ambon, Dirck de Haes menuliskan dalam laporannya, pekerjaan Rumphius telah selesai, menulis 1720 bab termasuk 12 buku.

Salah satu karya Rumphius, mendokumentasikan peristiwa gempa dan tsunami 1674, berjudul: Waerachtigh Verhaeel van de Schricklijke Aardbevinge, Nuonlanghs eenigen tyd herwerts, ende voor naemntlijck op den 17, February des Jaers 1674. Voorgevallen, en ontrent de Eylanden van Amboina (Kisah Nyata Tentang Gempa Bumi yang Dahsyat yang terjadi beberapa waktu yang lalu dan sebelum itu, tetapi terutama pada tanggal 17 Februari tahun 1674 di pulau pulau Amboina). Karya tersebut menjadi catatan gempa tsunami lengkap pertama di Nusantara.

Menurut Pangemanan (2012), terdapat 6 karya besar Rumphius, dan disimpan di Perpustakaan Rumphius Ambon. Keenam karya tersebut yaitu:  (1) Amboinsche Kruidboek (buku tentang rempah-rempah dan botani) yang dikenal juga sebagai Herbarium Amboinense terbitan tahun 1695, (2) D’Amboinsche Rariteitkamer (= barang-barang aneh dan langka dari Ambon) terbitan tahun 1705,  dan (3) Amboinsche Dierbook (buku tentang binatang-binatang Amboina) terbitan awal dasawarsa 1690-an, yang aslinya hilang dan tidak pernah ditemukan lagi selain dalam salinan kembali (diduga plagiat) oleh pengarang François Valentijn dalam Bab IV bukunya Beschryving van Ooost-Indie di bawah judul: Verhandelingen der Dieren, Vogelen en Vischen (perihal binatang-binatang, burung dan ikan), terbit sekitar tahun 1724 hingga 1741. Seluruh buku François Valentijn (8 jilid) yang sebenarnya tidak kalah masyhur tahun-tahun itu tersimpan lengkap di Perpustakaan Rumphius. Sementara tiga buku penting lainnya Rumphius yang lebih menyangkut kesejarahan nasional mencakup (4) D’Ambonsche Land-Beschrijving (perihal pulau-pulau di gubernemen Amboina), yang terbit tahun 1679, (5) De Ambonensche Historie (Sejarah Ambon) terbitan tahun 1679, dan (6) Waerachtigh Verhael van de Schrickelijcke Aerdtbevnge (Kisah nyata tentang gempa bumi dahsyat), terbitan Batavia, tahun 1675.

Sungguh mengharukan, dalam keadaan buta dan tragedi beruntun, Rumphius dengan gigih menghasilkan karya-karya besarnya di bidang flora fauna, botani tropis, juga pengobatan herbal. Baas dan Veldkamp (2013) menyebutkan bahwa Rumphius merupakan salah satu pionir botani Asia di abad 17. Ilmuwan yang lahir tanpa melalui pendidikan universitas, tetapi hanya karena terinspirasi oleh minat dan kecintaan terhadap pengetahuan alam tropis. Semua karya besar Rumphius diterbitkan setelah wafat, dalam bidang zoology, botany, geography dan history. Dari enam karya besar Rumphius, terdapat satu di koleksi langka digital perpustakaan UGM, yaitu De Ambonsche Historie http://langka.lib.ugm.ac.id/viewer/index/2056. Sedangkan buku lainnya berisi laporan peringatan mengenang Rumphius dari museum kolonial Verslag der Rumphius Herdenking http://langka.lib.ugm.ac.id/viewer/index/2057. 

Daftar pustaka

Baas, Pieter and Veldkamp, J.F. 2013. Dutch pre-colonial botany and Rumphius’s Ambonese Herbal. Allertonia 13, 2013, pp. 9–19

Latief, Hamzah et.al. (2016. Air Turun Naik di Tiga Negeri: Mengingat Tsunami Ambon 1950 di Hutumuri, Hative kecil dan Galala. Jakarta: UNESCO

Pangemanan, Fritz. 2012. Enam Mahakarya Rumphius Tersimpan di Perpustakaan Rumphius, Ambon. Harian Pagi Suara Maluku, Jumat, 24 Februari 2012. https://id-id.facebook.com/notes/berita-katolik/enam-mahakarya-rumphius-tersimpan-di-perpustakaan-rumphius-ambon/10151288492000538/

Veldkamp, J.F. 2011. Georgius Everhardus Rumphius (1627–1702), the blind seer of Ambon. Gardens’ Bulletin Singapore 63(1 & 2): 115. 2011 https://www.nparks.gov.sg/sbg/research/publications/gardens-bulletin-singapore/

Written by masyono in: Digitalisasi,Koleksi langka | Tags:

Powered by WordPress. Theme: TheBuckmaker